Pikiran
dan hati bahwasannya memang tak melulu berjalan selaras, sering mereka berebut
untuk menaklukan dirimu. Kamu sendiri yang paham waktu-waktu yang tepat
menggunakan kedua hal tersebut untuk menjalani tanggung jawabmu menjadi sebaik
mungkin manusia.
Ada
saat dimana kamu atau saya lelah dengan sesuatu yang tak kunjung mendatangkan
suatu kebahagiaan padahal kamu terus menerus menantinya. Kemudian pada akhirnya
kamu bangkit lagi entah untuk ke sekian kali dan tak kunjung menyerah untuk
tetap meraihnya padahal logikamu terus menerus bilang tidak.
Sedangkan
ketika itu pula, ada atau bahkan banyak hal lain namun kamu lupakan yang
sepatutnya lebih pantas untuk diperjuangkan, sebentar ,“kamu lupa atau
sekedar berpura-pura lupa?”.
Pertanyaannya,
kamu sendiri juga acap kali bertanya-tanya “mau sampai kapan seperti ini?”. Kamu
berjuang, yang kamu perjuangkanpun tau segala usaha yang sudah kamu lakukan
tapi lagi dan lagi kamu tetap berjalan terkadang berlari sendiri.
Yang
kamu perjuangkan pun tak ada maksud membiarkan dirimu berusaha sekeras itu
sendirian, entah alasannya apa berulang kali dia menjelaskan tapi kamu terlalu
keras kepala dan menentang.
Hallo
kamu, atau saya. Sampai kapan menuruti kata hati bila melulu menimbulkan sakit
hati?